Nanoteknologi Indonesia, Sekarang dan
Masa Depan
Nanoteknologi,
mungkin masih terasa asing di telinga kita. Tapi, disadari atau tidak,
produknya mulai merambah Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari beberapa iklan di
Televisi, yang mulai menggunakan kata ‘Nano’ di label Produknya. Salah
satunya, pelumas dengan ukuran Nano
dengan daya jelajah ekstra untuk meningkatkan performa mesin dan waktu
pemanasan mesin yang cepat pada suhu ekstrim.
Nanoteknologi merupakan teknologi yang
menggunakan material berukuran dalam orde nanometer (10-9 meter).
Material tersebut kemudian direkayasa hingga akhirnya memiliki sifat yang jauh
berbeda dibandingkan material aslinya. Nanoteknologi memungkinkan kita
menggunakan bahan dengan jumlah sedikit dengan performa yang luar biasa. Dengan
ini, jelas kita dapat menghemat bahan dan optimalisasi fungsi material terkait.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah.
Selain itu, material mentah Indonesia juga sangat beragam. Nanoteknologi yang
dapat diaplikasikan di berbagai bidang, saat ini menjadi Tools bagi negara berkembang, yang notabene negara hijau, untuk mengejar ketertinggalan teknologi dari
negara maju. Produk Nanoteknologi dapat ditemui pada bahan pangan, kosmetik,
peralatan listrik, energi dan lain-lain.
Berhubung
Indonesia sangat kaya dengan berbagai material, teknologi penghalusan materi
menjadi seukuran nano ini harus dikuasai, ia mencontohkan pasir besi yang
harganya hanya Rp250 per kg akan melonjak menjadi Rp1 juta per kg jika dijual
dalam ukuran nano.
Perhatian pemerintah Indonesia yang bekerja sama
dengan lembaga riset terkait bahkan menargetkan pembangunan Industri Nano Tahun
2013. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri mengatakan ‘Saat ini 12 perusahaan yang tergabung dalam
Asosiasi mikro dan nano teknologi Indonesia siap untuk mengunakan hasil
dari R&D gabungan’
Mata dunia dan Indonesia telah mengarah pada
Nanoteknologi. Kontribusi berbagai pihak seperti Pemerintah, peneliti dan
MAHASISWA sangat penting untuk pembangunan Indonesia. Hingga kelak, Indonesia
tidak akan lagi dikenal dengan bangsa pengimpor tenaga kasar, melainkan negara
DIGJAYA dengan SDM yang mandiri.
Oleh: Masudi, Mahasiswa S1 Kimia ITS
0 komentar:
Posting Komentar